Pak Aam, saya pernah berkunjung ke rumah teman. Kemudian diajak dan diajarkan tentang shalat pada hari Kamis dan malam Jumat. Katanya kalau kita bisa khusyuk maka bisa bermimpi ketemu Rasul.
Apakah shalat ini ada contohnya? Bagaimana hukum mengamalkannya? Apakah bisa disebut shalat sunnah biasa? Mohon penjelasannya.
( H via fb ) Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Shalat ada ibadah yang sangat disukai Allah maka tidak mengherankan jika segala amal itu indikasinya adalah ibadah shalatnya. Jika shalatnya baik maka insya Allah amal-amal,. Pak Aam, saya merasa banyak dosa dan ingin kembali ke jalan Allah ridhoi. Bagaimana cara melakukan sholat sunah taubat yang di contohkan oleh Rasul. Kapan sebaiknya di lakukan dan apa saja bacaan surat atau doa yang harus di baca?
Mohon penjelasan dan terima kasih ( N via fb) Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah.
The Night Prayers - Qiyam & Tarawih has 37 ratings and 4 reviews. Yusuf said: Buku ini membahas tentang sifat shalat Tarawih menurut syaikh Al-Albani. Panduan sholat dalam buku ini sesuai dengan bimbingan dan contoh dari Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana perintah beliau, 'Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan sholat.' 'Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku mengerjakan sholat.' Sholat-sholat sunnah: • Sholat Tarawih • Sholat Witir • Sholat Idul Fitri.
Semua orang pastinya mempunyai salah dan dosa. Menurut kata bijak, orang baik itu bukan berarti ia tidak pernah berbuat salah dalam hidupnya. Pak Aam, maaf mau bertanya tentang hukum memakai baju ada lambing agama lain ( salib) untuk shalat. Menurut teman saya katanya shalatnya tidak sah sebab ada symbol agama lain. Benarkah demikian?
Mohon penjelasnnya. ( Andre via fb) Wa’alaykumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah.
Salah satu syarat sahnya shalat adalah bersih dari najis dan hadats baik baik hadats kecil maupun besar. Untuk itu sebelum shalat diwajibkan untuk wudhu atau tayamum untuk menghilangkan hadats kecil dan mandi wajib (besar) sekiranya mempunyai hadats besar.,. Pak Ustadz, maaf mau tanya kalau ada yang meninggalkan shalat selama 20 tahun bagaimana jalan keluarnya? Menurut ustadz yang lain diharuskan qodho.
Apakah ini ada hadistnya? Amalan apa saja untuk menebus dosa-dosa dimasa lalu? Mohon nasihatnya. Terima kasih ( E via fb) Wa’alaikumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Sebagaimana yang kita yakini bahwa shalat adalah kewajiban bagi muslim yang telah baligh dan bagian dari rukun Islam. PERCIKANIMAN.ID – – Shalat adalah tiang agama.
Hukumnya wajib dan tentu akan berdosa apabila seorang muslim meninggalkan shalat. Pahala shalat akan lebih banyak apabila dikerjakan secara berjamaah apalagi dilaksanakan di masjid di awal waktu. Ketika shalat berjamaah, seringkali kita tidak sabar dengan gerakan atau bacaan imam yang terlalu lambat sehingga kita ingin mendahului imam bahkan rasanya ingin memisahkan diri dari shalat berjamaah.
Apakah hal tersebut diperbolehkan? Nah, bagaimana sebenarnya adab sebagai makmum dalam shalat berjamaah?
Berikut uraiannya. Pak Aam, terkait dengan jumlah rakaat Shalat Dhuha yang utama berapa rakaat? Saya biasa mengerjakan 4 rakaat dengan 2 kali salam. Namun kata saudara saya boleh mengerjakan sampai 12 rakaat bahkan lebih. Mohon penjelasannya. (Herlin via email) Waalaikumsalam ww. Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah.
Shalat Dhuha termasuk salah satu shalat sunnah yang diwasiat oleh Rasulullah Saw. Bagi para sahabat. Pak Ustadz kalau qamat sudah dikumandangkan, bolehkah kita melakukan shalat sunnah dulu kemudian menjadi masbuk untuk melakukan shalat berjamaah?
Mengingat keutamaan sunnah yang begitu besar. Mohon penjelasannya (Rizal via email) Waalaikumsalam ww.
Bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dirahmati Allah. Memang benar apa yang Anda sampaikan ada banyak keutamaan dalam shalat sunnah khususnya shalat sunnah rawatib dan ini hendaknya menjadi motivasi kita untuk bisa melaksanakan sebagai tambahan ibadah setelah shalat wajib. Pak Aam, saya bekerja di perusahaan asing, yang memiliki kantor hampir diseluruh dunia. Dan pekerjaan ini mengharuskan saya traveling ke berbagai negara di Asia dan Eropa. Sebagai muslim, jujur saya kadang saya sulit menjaga sholat lima waktu. Kalau saya di Eropa, sholat Subuh bisa saya lakukan di hotel, Dzuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya, terkadang bisa saya jamak di hotel kalau waktunya memungkinkan. Tapi sering kali sepanjang hari dari jam 9 pagi sampai jam 10 malam saya harus beraktivitas di luar.
Pertanyaan saya pak, jika seharian penuh saya harus,. Pak Aam saat ini orangtua saya sedang sakit dan hanya bisa berbaring ditempat tidur. Kalau untuk shalatnya bagaimana dan juga berwudhunya? Mohon penjelasan dan bimbingannya pak Aam. Terima kasih ( Dina via email) Wa’alaykumsalam Wr.Wb. Iya ibu Dina, bapak ibu dan sahabat-sahabat sekalian yang dimuliakan Allah. Sebagaimana yang kita tahu bahwa ibadah shalat adalah ibadah yang utama khususnya shalat wajib yang harus kita kerjakan secara terus menurus khususnya bagi kaum laki-laki yang telah baligh.
PERCIKANIMAN.ID – – Setiap muslim pasti bercita-cita untuk mendapatkan cinta Allah. Sebab, jika kita sudah menjadi kekasih-Nya, seluruh kebaikan duniawi dan ukhrawi bisa dicapai dengan mudah. Persoalannya, bagaimana agar cita-cita tersebut menjadi kenyataan? Sesungguhnya, banyak cara yang bisa dilakukan kita lakukan, antara lain.
Membaca, memahami, dan mengamalkan Al-Quran. Cara ini akan melahirkan cinta dan kerinduan kepada-Nya, syukur dan sabar, tawadhu (rendah hati) dan khusyuk, serta seluruh sifat yang bisa mengantarkan pada cinta dan ridha-Nya. (Ibnu Rajab, Ikhtiyaar Al Uula, hal. 114) “Ini adalah sebuah kitab yang Kami (Allah),. Assalamu’alaykum, Pa Aam, saya pernah ikut shalat dzuhur berjamaah yang bacaannya dikeraskan. Apakah hal itu dicontohkan oleh Rasulullah?
Mohon penjelasannya dan terima kasih. (Berry via email) Wa’alaykumsalam Wr Wb. Iya Pak Bery dan pembaca sekalian, kalau kita lihat riwayat-riwayat tentang bacaan surat ketika shalat berjamaah, sesungguhnya itu ada yang tidak dikeraskan seperti shalat Dzuhur atau Ashar. Namun ada pula yang dikeraskan, contohnya, Maghrib, Isya dan Subuh.
Tetapi ada riwayat yang menunjukkan bahwa, ketika Rasulullah Saw membaca surat saat shalat Dzuhur, kata sahabat, Rasulullah kadang memperdengarkan. Artinya ini beliau mengeraskan,.
Salah satu shalat sunat yang pelaksanaanya disunatkan dilakukan secara berjamaah adalah shalat tarawih. Jika ditilik dari asal kata, arti shalat tarawih adalah pendinginan atau penyegaran.
Pendinginan dari apa? Para sahabat jika melaksanakan shalat tarawih, selalu melamakan berdiri ketika shalatnya dengan memperbanyak membaca Al Quran disertai khusyu dan menghadirkan maknanya. Agar energi pulih kembali, setiap habis 2 salam, mereka istirahat dulu selama beberapa menit sambil menunggu orang yang melaksanakan tawaf 7 putaran. Kalau Anda menonton channel TV Arab Saudi, Anda bisa membuktikannya pada acara shalat tarawih langsung. Hal ini justru kontradiktif dengan situasi zaman sekarang yang justru shalat tarawih dilaksanakan dengan secepat kilat. Yang menjadi masalah adalah, ditakutkan jika shalat tersebut dilaksanakan dengan cepat, rukun-rukun shalat seperti thumaninah, bacaan wajib dan gerakan shalat lainnya, tidak dilakukan secara sempurna.
Nah, kalau tidak dilakukan secara sempurna, maka tak jadilah shalatnya. Dalil shalat tarawih Asal mula adanya shalat tarawih adalah berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: 'Sesungguhnya Rasul keluar rumah pada saat tengah malam di beberapa malam di bulan Ramadhan.
Kemudian beliau shalat di masjid dan orang-orang pun mengikuti shalat beliau sampai akhirnya semakin banyak. Namun pada malam ke empat, beliau tidak keluar rumah. Beliau bersabda: Aku takut kalian menganggap shalat malam ini sebagai shalat fardu, karena kalian tidak akan mampu'.
Ada juga hadits lain riwayat Imam Baihaqi dengan sanad shahih: 'Sesungguhnya mereka melaksanakan shalat lail di zaman Umar bin Khathab r.a di bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat'. Bahkan Imam Malik dalam kitabnya Al Muwatho meriwayatkan bahwa shalat lail tersebut dilakukan sebanyak 23 rakaat.
Imam Baihaqi menyimpulkan bahwa yang 23 raka'at tersebut adalah 20 rakaat shalat tarawih dan 3 rakaat shalat witir. Jumlah rakaat shalat tarawih Tidak ada hadits shahih yang secara tegas menyatakan bahwa shalat tarawih ada 20 rakaat. Hanya ada hadits dhoif yang menyatakan shalat tarawih ada 20 rakaat. Tapi jumlah shalat tarawih 20 rakaat ternyata telah disepakati oleh para sahabat Nabi dan ulama fiqih.
Menurut pendapat 3 Imam, yakni Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah, shalat tarawih dilakukan sebanyak 20 rakaat, dengan satu salam setiap 2 rakaat, bagi muslim di luar Madinah. Sedangkan khusus bagi muslim yang sedang berada di kota Madinah, hukumnya diperbolehkan melaksanakan shalat tarawih sebanyak 36 rakaat.
Yang dimaksud warga Madinah adalah setiap orang yang sedang berada di kota Madinah, baik pribumi maupun tamu. Sehingga, bagi mereka yang kebetulan sedang ada di Madinah tetapi tidak sempat melakukan shalat tarawih pada malam tertentu, maka shalat tarawih yang ditinggalkan tersebut boleh diqadha sebanyak 36 rakaat, walaupun qadhanya tidak dilaksanakan di kota Madinah. Berbeda masalah, kalau suatu malam kita tidak sempat melaksanakan shalat tarawih di Jeddah, kemudian kita pergi ke Madinah, maka apabila shalat tarawih tersebut mau diqadha, maka cukup mengqadha sebanyak 20 rakaat saja. Mengapa ahli Madinah melakukan shalat tarawihnya sebanyak 36 rakaat? Karena hal ini untuk sedikit mengimbangi ahli Mekkah.
Di Mekkah, setiap selesai 2 salam, dilaksanakan thawaf dulu sebanyak 7 keliling, kecuali pada 2 salam terakhir. Total ada 4 kali melakukan thawaf ketika shalat tarawih, yakni setelah tarawih 4, 8, 12 dan 16 rakaat.
Maka thawaf tersebut diganti oleh ahli Madinah dengan 4 rakaat shalat tarawih, jadi ada 16 rakaat tambahan sebagai pengganti thawaf. Karena shalat tarawih harus dilaksanakan 2 rakaat-2 rakaat dengan satu salam, maka tidak sah melaksanakan shalat tarawih sebanyak 4 raka'at dengan satu salam, karena itulah yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat Nabi.
Jika Anda melakukan 4 rakaat dengan satu salam dengan sengaja dan sudah tahu atas ketidakbolehannya, maka tidak sah shalat tarawihnya. Jika tidak tahu, maka sah shalatnya namun masuk kategori shalat sunat mutlak.
Berbeda dengan shalat sunat qabliyyah atau ba'diyyah fardu seperti qabliyyah zhuhur, maka bolehlah dilaksanakan 4 rakaat sekaligus dengan satu salam. Kecuali jika mengqadha shalat qabliyyah dzuhur setelah melaksanakan ba'dyyah zhuhur, maka itu tidak diperbolehkan dilakukan dengan satu salam karena berbeda niat shalatnya, demikian menurut Imam Ibnu Hajar. Begitu juga dengan shalat dhuha, jika Anda melaksanakannya sebanyak 8 rakaat, boleh dilakukan sekaligus dengan satu salam. Tata cara shalat tarawih Shalat tarawih sama halnya dengan shalat biasa pada umumnya, membaca iftitah, dzikir sunat lainnya, membaca tasyahud, du'a dan lain sebagainya. Niat shalat tarawih Tidaklah sah apabila melaksanakan tarawih dengan niat shalat mutlak, tetapi harus ditentukan, seperti: اصلي ركعتين من التراويح USHALLII RAK'ATAINI MINATTARAAWIIHI atau اصلي ركعتين من قيام رمضان USHALLII RAK'ATAINI MIN QIYAAMI RAMADHAANA atau اصلي سنة التراويح USHALLII SUNNATAT TARAAWIIHI Membaca keseluruhan surat dari Al Quran pada shalat tarawih pada seluruh malam di bulan Ramadhan dipandang lebih utama daripada membaca surat Al Ikhlash berkali-kali. Caranya bacalah 1 juz dalam semalam. Disunatkan membacanya secara tartil dan jelas.
Bahkan ada keterangan dari ulama bahwa ada sebagian masyarakat yang ketika shalat tarawih hanya membaca surat Al Ikhlas 3 kali tiap rakaat terakhir dan ini termasuk hal yang tidak dianjurkan. Waktu shalat tarawih Shalat tarawih dilakukan setelah shalat isya dan batas terakhirnya adalah terbitnya fajar shadiq. Jadi shalat tarawih akan sah jika dilakukan shalat isya terlebih dahulu, walaupun shalat isyanya dijama taqdim dengan shalat maghrib. Shalat tarawih di awal waktu, yakni pada jangkaun seperempat malam pertama, lebih utama daripada melaksanakannya pada menjelang pertengahanan malam tapi setelah tidur terlebih dahulu, karena makruh jika tidur sebelum melaksanakan shalat Isya.
Sumber: Nihayatuz Zaini: 114 Al Adzkar: 166 I'aanathut Thaalibiin: 265-266 Miizanul Kubra I: 184 Minhaajul Qawiim: 66.